MEWUJUDKAN VISI SEKOLAH MERDEKA BELAJAR DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF MELALUI TAHAPAN BAGJA
MEWUJUDKAN VISI SEKOLAH MERDEKA BELAJAR DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF MELALUI TAHAPAN BAGJA
Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.
Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan
waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak
hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya
menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses
bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi
mewujudkan visi sekolah.
Seni dalam mendidik ibarat memberi warna dalam kanvas kehidupan siswa
setiap siswa tentu memiliki keunikan yang berbeda beda. Dengan memahami
kemampuan peserta didik yang berbeda beda, maka akan lebih mudah memfokuskan pada
minat yang sesuai dengan potensi siswa, dengan demikian tes potensial sangat
penting dilakukan pada awal pembelajaran guna mendeteksi kodrat alam dan kodrat
jaman untuk bisa mengetahui potensi potensi positif siswa di masa yang akan
datang. budaya sekolah akan terbentuk dari kompetensi pendidik dan visi seorang
pendidik.
Dalam modul materi visi guru penggerak ini kita bisa menggali potensi
baik untuk menerapkan visi sekolah yang berbasis pada kekuatan, budaya budaya
positif yang telah ada disekolah kemudian dikembangkan menjadi visi sekolah
yang berpihak kepada murid, model pendekatan dalam kontek ini adalah Paradigma
inkuiri apresiatif, sebuah pendekatan manajmen perubahan yang kolaboratif dan
berbasis kekuatan , sebagai salah satu model manajemen perubahan adalah BAGJA.
Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang
kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh
David Cooperrider (Noble & mcgrath, 2016). Cooperrider menyatakan bahwa
pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas,
serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses
manajemen perubahan yang biasa.
IA
menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif.
Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat
memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan
aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan
menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang
dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam
melakukan perencanaan perubahan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi
positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang
secara berkelanjutan.
Seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi.
Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi
menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada
penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan. Di
sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah
ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan,
sehingga kelemahan, kekurangan dan ketidak-adaan menjadi tidak relevan.
Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif
atau kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam
komunitas sekolah.
Kodrat itu sudah dibawa oleh anak sejak kecil, ada dua jenis kodrat yaitu
kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah keunikan anak, bakat dan
minat, gaya belajar, kemampuan menyerap pelajaran, kecenderungan anak, kultur
anak, keadaan lingkungan anak berinteraksi. Kodrat zaman, adalah selalu maju
menyesuaikan dengan kemajuan alam dan zaman (tijd en ruimte) seiring dengan
olah budaya manusia. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh kembang anak,
mengubah lakunya bukan merubah kodratnya.
Seperti halnya petani, yang menanam benih padi dan merawat nya dengan perlakuan
memberi pupuk, air, dll. Padi tersebut akan tumbuh menjadi padi bukan menjadi
tanaman lain. Sama halnya dengan murid, guru menuntun anak, memberikan
motivasi, menanamkan nilai budi pekerti, menciptakan lingkungan yang nyaman
daan menyenangkan agar murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat
dan karakter nya masing-masing.
Inquiry apresiatif sejalan dengan frasa kodrat alam dan kodrat zaman serta poin
yang menyatakan bahwa anak anak hidup dan tumbuh seusai dengan kodratnya,
bahwasanya sisi positif atau kekuatan yang dimiliki seorang anak sudah dibawa
sejak lahir. Seorang anak pasti memiliki sisi positif yang nantinya
berkontribusi dengan perkembangan zaman.
Peran
pendidik adalah menggali dan mengidentifikasi kekuatan atau sisi positif yang
dimiliki siswa seperti bakat atau karakter yang dimiliki, mencari strategi agar
kekuatan tersebut dapat dipertahankan sehingga kelemahan anak menjadi tidak
relevan, sehingga mampu mendukung tumbuh kembang anak yang bersifat positif
agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Kita sebagai pendidik memberikan tauladan,
memberikan motivasi dan menciptakan lingkungan yang nyaman berbasis
kekeluargaan, merubah laku si anak bukan merubah kodrat nya. Kita percaya
bahwa setiap anak memiliki sisi positif yang dapat berkontribusi pada sebuah
keberhasilan. Memanfaatkan paradigm IA untuk mewujudkan frase kodrat alam dan
kodrat zaman menerapkannya melalui tahapan dalam BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil
Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi), sehingga nantinya
dapat mewujudkan merdeka belajar. BAGJA sebagai sebuah pendekatan dalam
mengembangkan perilaku organisasi,atau merupakan metode yang mencoba
menggunakan cara pengajuan pertanyaan atas kondisi sekarang dan pengalaman
terbaik di masa lalu kemudian menerapkan imajinasi itu untuk sekarang dan masa
depan.
Komentar
Posting Komentar