A.
LATAR BELAKANG
Lingkungan merupakan
wadah utama dari seorang anak tumbuh dan berkembang, oleh karena itu lingkungan
banyak berpengaruh terhadap karakter dan keperibadian seseorang. Sekolah
merupakan salah satu lingkungan tempat berkembangnya karakter anak secara
dinamis. Sekolah juga merupakan tempat berkembangnya kepribadian sosial murid
dan interaksi sosial yang sistematis. Menurut Salahudin (2013: 42), karakter merupakan
nilai-nilai yang baik yang tertanam kuat dalam diri masyarakat dalam bentuk
wujud dan perilaku. Oleh karena itu, sebuah karakter merupakan hal yang penting
dimiliki setiap lapisan masyarakat.
Pendidikan karakter
merupakan dasar utama terbentuknya individu-individu yang berkualitas dari
segi-segi nilai dan etika pada masyarakat. Pendidikan tersebut sangat penting
diterapkan berbagai kalangan masyarakat. Namun di lain sisi penerapan
pendidikan karakter dengan tujuan untuk membenahi sebuah kapasitas moral di
masyarakat banyak menghadapi kendala. Perilaku apatis, diskriminasi, dan
rendahnya toleransi merupakan krisis moral yang ada pada generasi bangsa saat
ini. Sikap menghargai sesama, toleransi, tenggang rasa, peduli sesama, dan
gotong royong merupakan sikap yang perlu ditanamkan dalam karater anak bangsa.
Karakter sikap
gotong-royong sangatlah perlu ditanamakan dan diterapkan sebagai menyikapi
krisis moral. Penerapan sikap gotong royong pada murid merupakan penanaman
karakter yang dasar dalam menyikapi krisisnya moral. Sikap gotong-royong paling
tepat dilakukan di sekolah, di mana sekolah merupakan tempat interaksi sosial
anak secara dinamis dan sitematis.
Pengembangan karakter
gotong royong di sekolah mulai kurang
berjalan dengan baik, utamanya gotong royong dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekolah. Murid kurang memiliki kepedulian dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, meskipun setiap kelas telah dibentuk piket kelas namun
dalam pelaksanaannya setiap hari tidak semua petugas piket kebersihan
melaksanakan tugasnya, ketika bersama-sama melaksanakan kegiatan Jumat bersih
juga terlihat sebagian murid hanya duduk di teras kelas dan melaksanakan
kebersihan ketika ada guru yang mengawasi, murid juga banyak mengandalkan
petugas kebersihan di sekolah untuk membersihkan lingkungan sekolah.
Sejatinya gotong royong
merupakan salah satu ciri khas budaya lokal masyarakat Indonesia termasuk
berkembang di wilayah kabupaten Brebes. Pengembangan pendidikan karaker di
sekolah sering kali mengabaikan tentang budaya lokal yang berkembang di
masyarakat, yang sejatinya banyak budaya lokal yang berkembang di masyarakat
syarat akan nilai-nilai karakter bangsa. Pendidikan yang
telah dilaksanakan di sekolah lebih untuk memenuhi muatan kurikulum dan kurang
mengembangkan nilia-nilai budaya lokal, sehingga metode pembelajaran yang
diberikan guru monoton hingga menjadi beban bagi murid. Pembelajaran yang
mengimplementasi budaya lokal dapat menjadi salah satu pilihan untuk
mengembangkan kreatifitas dan karakter murid sekaligus melestarikan budaya lokal
yang telah berkembang di masyarakat terlebih dalam mengembangkan karakter
gotong royong.
Gotong royong di masyarakat Brebes
adalah budaya sehari-hari. Secara
khusus, ada beberapa budaya yang terkait dengan budaya gotong royong yang ada
di Kabupaten Brebes salah satunya Budaya Kerigan.
Kerigan dalam bahasa Indonesia berarti kerja bakti
bersama seluruh warga di suatu lingkungan, seperti RT, RW atau suatu pedukuhan,
bahkan hingga satu desa. Kerigan ini dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Brebes
setiap hari-hari tertentu atau setiap saat kalau dirasa perlu. Seperti kerigan
untuk membersihkan saluran air dan sampah rumah tangga di lingkungan mereka
masing-masing. Istilah kerigan saat ini sudah jarang digunakan, masyarakat dan
pemerintah lebih sering menggunakan istilah kerja bakti, gerakan Jumat Bersih
atau Minggu Bersih dan sebagainya.
Implementasikan budaya lokal Kerigan dalam
pembelajaran selain an menanamkan nilai-nilai kebersamaan atau gotong royong
juga akan membentuk perilaku hidup
bersih dan sehat, kerjasama, kreativitas dan tanggungjawab, kedisiplinan, dan mengembangkan dan
melestarikan nilai-nilai budaya lokal yang berkembang di masyarakat dalam
pembelajaran di kelas dan sekolah. Dengan demikian pendidikan karakter murid apat
berkembang dengan baik.
Kegiatan aksi nyata
implementasi budaya Kerigan merupakan salah satu dari kegiatan implementasi
budaya lokal di SMP Negeri 2 Brebes,
mengingat terdapat 4 guru SMP Negeri 2 Brebes yang lolos menjadi calon Guru
Penggerak maka kegiatan aksi nyata dibuat secara berkaitan antar satu dengan
lainnya. Oleh karena itu dalam kegiatan implementasi budaya lokal saling
berkolaborasi antar calon Guru Penggerak di SMP Negeri 2 Brebes. Kegiatan aksi
nyata diantaranya :
1. Minggu
ke 1
a.
Sosialisasi program Implementasi
budaya lokal sebagai upaya penanaman nilai-nilai di dalam kelas dengan
melibatkan semua pihak yang terkait, dan kepala sekolah. (Semua CGP terlibat:
B. Widya :moderator). B.Atik (presenter), B. Intan (penjawab) & B. Krisna
(notulen),
b.
Pembentukan Tim Implementasi Budaya
Kerigan
c.
Pengumpulan ide-ide impelentasi
budaya Kerigan dengan murid
Diperoleh kesepakatan implementasi Budaya Kerigan
diantaranya adalah
1) Menentukan berbagai media dalam
mengirimkan data implementasi kegiatan kerigan yang akan dilaksanakan. Dalam
hal ini disepakati murid dapat mengirimkan data dalam bentuk foto, video,
poster dan Tiktok
2) Mengembangkan budaya Kerigan dalam
berbagai kegiatan lainnya diantaranya di masa pandemi Covid-19 akan bergotong royong menjaga
kebersihan diri dari virus Corona secara jarak jauh dengan video kampanye
gerakan 3M
3) Mensosialisasikan budaya lokal
Kerigan kepada masayarakat secara luas melalui berbagai media online
4) Implementasi budaya Kerigan boleh
dilaksanakan secara berkelompok atau berkolaborasi dengan anggota keluarga di
rumah.
2. Minggu
ke 2
a.
Pelaksanaan ujicoba dalam skala
kecil/satu kelas terdiri dari perwakilan kelas 9, masing-masing kelas diwakili
3 orang yaitu Ketua Kelas, Wakil Ketua Kelas, dan Sekretaris Kelas. Mengingat kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan jarak jauh, maka kegiatan metode pembelajaran menggunakan
berbasis proyek, langkah yang dilakukan adalah
1) Penentuan
pertanyaan mendasar (start with the essential question)
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan murid dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai
dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam
tentang budaya lokal Kerigan.. Guru berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk para murid.
Materi
pembelajaran tentang Budaya Lokal Kerigan diberikan melalui Google Site SMP
Negeri 2 Brebes dan WA Grup Kelas uji uoba Hal ini dilakukan karena
pembelajaran dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), maka
menggunakan media onlie untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran. Penyampaian
materi budaya lokal Kerigan tujuannya untuk memberikan wawasan dan pemahaman
awal tentang budaya gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan yang
telah berkembang di masyarakat dan bagaimana cara melestarikan budaya lokal
Kerigan salah satunya dengan mengimplementasikan budaya Kerigan di berbagai
lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
2) Mendesain perencanaan proyek (design a plan
for the project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dan murid. Dengan demikian murid
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek implementasi budaya lokal.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
Seperti
yang telah disepakati sebelumnya, murid
dapat menentukan salah media dalam mengirimkan data implemetasi kegiatan
kerigan yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini disepakati murid dapat
mengirimkan data dalam bentuk foto, video, poster dan Tiktok serta mensosialisasikan
budaya lokal Kerigan kepada masayarakat secara luas melalui berbagai media
online dan Implementasi budaya Kerigan dapat dilaksanakan secara berkelompok
atau berkolaborasi dengan anggota keluarga di rumah. Dengan
demikian alat dan bahan yang dibutuhkan bukan hanya alat-alat kebersihan saja
tetapi juga dibutuhkan alat elektronik untuk memfotto atau merekam kegiatan,
selain itu juga dibutuhkan media online untuk melakukan sosialisasikan budaya lokal
Kerigan kepada masayarakat secara luas
3) Guru dan murid secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
lain:
a) Membuat
jadwal (timeline) untuk menyelesaikan proyek, jadwal disepakati selama 1
minggu. Bagi yang sudah selesai mengerjakan proyek dapat langsung mengirim ke Google
site atau WA Grup kelas uji coba
b) Membuat
batas akhir (deadline) penyelesaian proyek, disepakati batas akhir
pengumpulan 1 Minggu
c) Membawa
murid agar merencanakan implementasi yang baru untuk lebih mengembangkan budaya
lokal Kerigan sesuai dengan keadaan sekarang yang dihadapi. Mengembangkan budaya Kerigan dalam
berbagai kegiatan lainnya diantaranya dalam masa pandemi Covid-19 dengan bergotong royong menjaga
kebersihan diri dari virus Corona secara jarak jauh dengan video kampanye
gerakan 3M, mengembangkan Budaya LISA (Lihat Sampah Ambil)
d) Membimbing
murid ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
e) Meminta
murid untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4) Memonitor
murid dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the
project)
Guru
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas murid selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
murid pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor
bagi aktivitas murid. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Dalam hal ini guru
bekerjasama dengan orang tua di rumah dengan berkomunikasi melalui WA Grup atau
Japri, Tim Kegiatan Implementasi Budaya Kerigan juga membantu murid yang
mengalami kesulitan dalam membuat video atau poster.
5) Menguji
hasil (assess the outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing murid, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai murid, membantu guru dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi
pengalaman (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan murid melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini murid diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek implementasi budaya lokal Kerigan. Guru dan murid mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
3. Minggu
ke 3 pelaksanaan kegiatan implementasi budaya lokal dalam pembelajaran
Implementasi budaya
Lokal Kerigan dilaksanakan pada siswa-siswi kelas 9 SMP Negeri 2 Brebes,
kegiatan pembelajaran berbasis proyek dengan langkah-langkah sama dengan uji
coba sebelumnya yaitu (a) penentuan pertanyaan dasar, (b) Mendesain
perencanaan proyek (design a plan for the project), (c) Guru
dan murid secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek, (d) Memonitor murid dan kemajuan proyek (monitor the students and the
progress of the project), (e) Menguji hasil (assess the outcome), (f)
Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience). Yang berbeda adalah materi
pembelajaran di share dalam Google site dan WA Grup semua kelas 9
4. Minggu
ke 4, dan setiap 2 bulan sekali pelaksanaan Implementasi budaya lokal dalam
kegiatan sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini masih belum bisa dilaksanakan karena
belum kegiatan pembelajaran tatap muka, namun guru melakukan kegiatan
kolaborasi dengan guru lainnya untuk mengimplementasikan budaya lokal dalam
pembelajaran.
C.
HASIL DARI AKSI NYATA
Murid melaksanakan implementasi budaya lokal
Kerigan diantaranya
1) Kerigan kebersihan lingkungan rumah, sekolah dan
di lingkungan masyarakat, kegiatan kerigan ini dilaksanakan murid ada yang secara
berkelompok dengan teman yang rumahnya berdekatan, selain itu ada yang dilaksanakan
dengan melibatkan orang tua di rumah, dan kegiatan kerigan di lingkungan Pondok
Pesantren bagi murid yang tinggal di Pesantren.
2) Media
yang digunakan murid dalam mengirimkan data implementasi kegiatan budaya lokal
Kerigan yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini disepakati murid dapat
mengirimkan data dalam bentuk foto, video, poster dan Tiktok
3) Mengembangkan budaya Kerigan dalam
berbagai kegiatan lainnya diantaranya di masa pandemi Covid-19 dengan bergotong royong menjaga
kebersihan diri dari virus Corona secara jarak jauh dengan video kampanye
gerakan 3M, mengembangkan budaya lokal Kerigan melalui gerakan LISA (Lihat
Sampah Ambil)
4) Mensosialisasikan budaya lokal
Kerigan kepada masayarakat secara luas melalui berbagai media online
D.
PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN
1. Kegagalan
Kegagalan dalam kegiatan implementasi budaya loka
Kerigan diantaranya
a. Tidak semua murid mengumpulkan proyek Kerigan
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Terlambat mengumpulkan hasil proyek
kerigan dikarenakan media perekam foto maupun video yang terbatas. Ada sebagian
murid yang tidak memiliki kamera atau Handphone untuk merekam, ada yang
meminjam handphone orang tua ketika sudah pulang kerja, namun ketika pulang
kerja belum dilakukan kegiatan kerigan di rumah. Hingga ada murid yang akhirnya
tidak mengumpulkan hasil proyek implementasi Kerigan.
b. Proses pengiriman proyek implementasi budaya
lokal Kerigan melalui WA atau google site juga terkendala karena jaringan.
c. Monitoring murid dan hasil proyek tidak bisa
dilaksanakan dengan maksimal, karena kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
jarak jauh maka tidaklah mungkin untuk memantau satu persatu siswa di rumah,
namun dengan banyak berkomunikasi di WA grup kelas, namun demikian masih ada
beberapa siswa yang tidak merespon
d. Belum banyak murid yang memiliki akun di media
online untuk mensosialisasi, orang tua masih mengalami kebingungan dengann
permintaan anaknya untuk upload hasil
proyek, sehingga banyak hasil proyek implementasi budaya lokal Kerigan melalui
akun media social guru.
2. Keberhasilan
Keberhasilan dalam kegiatan implementasi budaya
lokal Kerigan diantaranya
a.
Proyek
implementasi budaya Kerigan dapat berhasil salah satunya dikarenakan adanya
pelibatan murid dalam perencanaan kegiatan, sehingga murid memiliki peran dan
tanggung yang baik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b.
Proyek murid
dalam implementasi budaya Kerigan disesuaikan dengan perkembangan jaman, salah
satunya memanfaatkan aplikasi tiktok, dan media social sebagai sarana
sosialisasi budaya lokal Kerigan
c.
Sebagian
besar murid berhasil membuat proyek implementasi budaya local Kerigan seperti
yang direncanakan baik itu berupa foto, video, dan poster.
d.
Semangat
dan antusias murid luar biasa dalam mengimplementasikan budaya lokal Kerigan
e.
Kerjasama
TIM implementasi budaya Kerigan sangat luar biasa, Tim membantu murid yang
kesulitan dalam membuat video atau poster.
E.
RENCANA PERBAIKAN PELAKSANAAN DI MASA MENDATANG
1.
Mensosialisasikan kegiatan pembelajaran
kepada orang tua untuk mendapatkan dukungan dalam mengerjakan proyek di rumah
2.
Berkomunikasi dengan murid lebih banyak lagi
untuk memperoleh ide dan gambaran keterbatasan keadaan murid yang dapat
dijadikan pertimbangan bentuk proyek
3.
Membuat satu akun di media online khusus
untuk mesosialisasikan budaya lokal Kerigan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Koordinasi Dengan Kepala Sekolah
Gambar 2. Koordinasi Dengan Kepala Sekolah
Komentar
Posting Komentar