TIRTA SEBAGAI MODEL COACHING



Coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya.

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model.  

GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. 

  •   Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 
  •      Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 
  •  Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 
  •  Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model TIRTA merupakan model yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTAmenuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

 TIRTA kepanjangan dari

T       : Tujuan

I        : Identifikasi

R       : Rencana aksi

TA    : Tanggung jawab

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum 

Biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee. Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

·        Apa rencana pertemuan ini?

·        Apa tujuannya? 

·        Apa tujuan dari pertemuan ini?

·        Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?

·        Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

2. Identifikasi

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

·        Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang? 

·        Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu? 

·        Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan?

·        Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?

·        Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?

·        Apa solusinya?

3. Rencana Aksi

·        Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?

·        Adakah prioritas?

·        Apa strategi untuk itu?

·        Bagaimana jangka waktunya?

·        Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?

·        Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

4) Tanggung Jawab

·        Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?

·        Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?

·        Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

 


Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching

1. Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi permasalahan) yang dihadapi coachee?

Yang dapat  dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi permasalahan yang dihadapi, yaitu mengenali  tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching Kemudian  seorang coach hendaknya mampu menampilkan percakapan yang terfokus, cermat, dan menggali. Coach dapat  berkomunikasi secara asertif dengan coachee untuk membangun kualitas hubungan yang nyaman dan aman.  Nyaman agar  coachee merasa lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Aman karena permasalahannya disampaikan pada orang yang tepat. Coach dapat mengajukan pertanyaan yang membantu coachee menuju apa yang coachee maksud. Coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi penyelesaian. Langkah akhir adalah coach menuntun komitmen coachee dalam menjalankan sebuah rencana aksi.

 

2. Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)

a.      Komunikasi Asertif

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.

b.      Menjadi pendengar aktif

Ketika kita mendengarkan aktif  hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat,  Emosi dan perasaannya, Pikirannya, Bahasa tubuh dan mimik wajah, Nila-nilai yang menghidupi diri mereka,  Usaha dan hasil yang dicapai, Materi lainnya yang disampaikan. Ada 5 teknik yang bisa dilakukan dalam mendengarkan aktif yaitu memberikan perhatian penuh, tunjukan bahwa kita mendengarkan, menanggapi perasaan dengan tepat, parafrase, keterampilan bertanya mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki coachee

c.      Bertanya efektif( pertanyaan terbuka, pertanyaan berfokus pada tujuan, pertanyaan refleksi, pertanyaan eksplorasi, pertanyaan mengukur pemahaman, pertanyaan aksi)

d.     Umpan balik yang positif yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri.

3.     Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?

Coaching model TIRTA dapat dipraktikan di sekolah, tantangan utama dalam melakukan praktek coaching model TIRTA adalah adanya persepsi sebagian rekan sejawat  menganggap bahwa murid yang menghadapi masalah bukanlah bagian dari pekerjaanya namun itu adalah tugas guru BK, ada juga guru yang langsung menghakimi, membiarkan bahkan ada guru yang berharap murid dapat berubah secepatnya maka tantangannya adalah meningkatkan pemahaman pentingnya praktek coaching model TIRTA dan  bukti keberhasilan kita membantu murid yang menghadapi masalah dengan coaching model TIRTA

 

4.     Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?

Pihak yang dapat membantu dalam melatih praktek coaching model TIRTA dikelas dan disekolah adalah  kolaborasi dengan murid, rekan sejawat, kepala sekolah dan pemangku kepentingan. Cara melibatkannya diawali dengan sosialisasi dan simulasi praktek coaching model TIRTA dalam komunitas praktisi yang selanjutnya dalam lingkup yang lebih luas di sekolah.

 

 

 



Komentar